Sabtu, 02 Maret 2013

DIPLOMASI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Sebelun subbab ini, kita telah membahas tentang perjuangan bersenjata dalam mempertahankan kemerdekaan. Selanjutnya, kita akan mempelajari dan membahas tentang cara lain untuk mempertahankan kemerdekaan. Rakiat indonesia berbagai usaha untuk mempertahankan negara RI. Usaha – usahanya antara lain : berupa dukungaan sepontan heroik yang terjadi di berbagai tepat.

B. Rumusan Masalah

            Diplomasi penegakan RI dalam halini kami ingin mengetahui upaya – upaya yang dilakukan oleh indonesia dengan belanda. Antara lain:
Ø  Perjanjian lingga jati.
Ø  Perundingan renvili
Ø  Perundingan ram-royer
Ø  Komprensi inter-indonesia
Ø  KMB

C. Tujuan

Tujuan umum:
1.      Untuk mengetahui isi dari masing – masing perjanjian.
2.      Untuk menyelesaikan tugas dari guru sejarah.
3.      Mengetahui apa saja yang terjadi pada masa itu.
4.      Mengetahui dampak – dampak yang terjadi.

BAB II

PEMBAHASAN

PERJUANGAN DIPLOMASI
            Cara lain yang ditempuh untuk mempertahankan kemerdekaan yaitu memlalui perjuangan diplomasi. Perjuangan diplomasi adalah perjuangan melalui perundingan. Lamgkah – langkahnya sebagai berikut:
A. Dengan Berbagai Negara
            Tujuan melakukan diplomasi keberbagai negara yaitu untuk menarik simpatik, dukungan, maupun pengakuan indonesia terhadap perjuangan indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Untuk itu indonesia mengirim delegasi keberbagai negara, seperi Amerika Serikat, Arab, Mesir, Pakistan, India, maupun PBB. Selain itu indonesia memberi bantuan beras kepada india sebanyak 500.000 tonupa untuk mengatasi kelaparan di india.
            Hasil yang diperoleh dari perjuangan diplomasi adalah menga dukungan maupun pengakuan internasional terhadap keberadaan RI yang merdeka dan berdaulat. Hal ini ,enjadikan indonesia didunia internasional semakin kukuh.
B. Diplomasi Dengan Belanda
            Indonesia melakukan diplomasi dengan belanda melalui berbagai perundinagan. Cara itu ditempuh menyelesikan persoalan yang tumbuh antar keduanya. Perundinga –perundang itu sebagai berikut:
1. Perundingan Linggajati
            Pemerakarsaan perundingan linggajati adalah Lord Killearn. Pada tanggal 15 November 1946 pemerintahan indonesia dan belanda mengadakan perundingan di linggajati (sebelah selatan cirebon). Pada perundingan tersebut, delegasi indonesia terdiri atas Sutan Syahrir(ketua), Mr.Moh.Roem, Mr.Susanto Tirtropojo, dan dr.A.K.Gani(anggota). Pihak belanda terdiri atas Prof. Schermehorn(ketua), Dr.Van Mook, dan van Pool(anggota). Hasil perundingannya berupa naskah persetujuan Linggajati yang ditandatangani pada tanggal 25 maret 1947. sejak saat itu RI mulai mendapat perharian internasional, tetapi wilayahnya semakin sempit. Isi pokok dari perundingan Linggajati sebagai berikut:
  1. Belanda mengakui RI secara de facto atas Jawa, Madura, Sumatra.
  2. RI dan Belanda akan berkerja sama membantu RIS, yang salah satu negara bagiabya adalah RI.
  3. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda, dengan ratu belanda sebagai ketuanaya.
Hal ini sangat merugikan Indonesia, berdasarkan penapsiran tersebut, belanda kemudian melancarkan Agrasi Militer I, yaitu pada tanggal 21 Juli 1947.
2. Perindingan Renville
            Dewan keamanan PBB membentuk sebuah Komisi Jasa Baik yang kemudian dokenal dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Tujuan pembentukan KTN adalah untuk membantu menyelesaikan sengketa Indonesia – Belanda secara damai. Anggota KTN terdiri atas Australia,Belgia, dan Amerika Serikat. Dalam KTN ini Australia diwakili oleh Richard Kirby, Belgia diwakili oleh Paul Van Zeeland, dan Amerika Serikat diwakili oleh Dr. Frank Graham.
            Pada tanggal 6 Desember 1947 perundingan antara RI – Belanda dimulai dengan perantaan KTN. Perundingan diadakan di tempat netral, yaitu di atas kapal perang Amerika Serikat USS Renville, sehingga perundingan ini dikenal dengan nama Perundingan Renville. Pada perundigan tersebut delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Abdulkadir Wijoyoatmojo (orang Indonesia yang memihak Belanda)
Perundingan Renville menghasilkan sebuah persetujuan yang disebut Persetujuan Renville.  Persetujuan ini ditandatangani pada tanggal 17 Januari  1948. isi pertujuan tersebut ternyata sangat merugikan pihak Indonesia dan menguntungkan pihak Belanda.
Persetujuan Renville membawa akibat tersendiri bagi bangsa Indonesia sebagai berikut
a)      Wilayah RI semakin sempit.
b)      Timbul reaksi keras dikalangan pemimpin-pemimpin RI. Peristiwa ini berakibat dengan jatuhnya Kabinet Amir Syarifuddin.
c)      Terjadinya pemberontakan PKI di Madiun dan DI/TII di Jawa Barat.
Adanya akibat-akibat perjanjian Renville tersebut dan timbulnya kegoncangan dikalangan TNI dengan adanya rasionalisasi, reorganisasi, serta penumpasan pemberontakan PKI Madiun, telah memperlemah pertahanan RI. Keadaan ini memberi angin kepada Belanda untuk meningkatkan tekanan kepada RI.
            Pada tanggal 18 Desember 1945 Dr.Beel (pengganti Van Mook) mengumumkan bahwa Belanda tidak lagi mengakui dan terikat pada persetujuan Renville. Setelah itu, Belanda memperlihatkan tindakan yang jelas-jelas igin menguasai kembali wilayah Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1949 pukul 06.00,Belanda melancarkan Agresi Militer II. Jogjakarta (ibu kota RI pada saat itu), berhasil dikuasai Belanda. Presiden, wakil Presiden dan beberapa pimpinan lainnya  ditangkap dan diasingkan ke luar Jawa. Panglima Besar Sudirman dan TNI menyingkir ke luar kota untuk melakukan perang gerilya.
            Pada saat sebelum ditangkap Belanda, presiden  Soekarno telah mengirimkan mandat melalui radio kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara yang kebetulan pada waktu itu sedang berada di Sumatra. Isi mandatnya adalah agar Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berpusat  di Bukittinggi. Dengan demikian, meskipun ibu kota RI telah berasil diduduki Belanda dan para pemimpin ditangkap, namun pemerintah RI tetap tegak berdiri.
            Sebagai pegangan umum dalam menghadapi Belanda, pada tahun 1948 panglima Besar Jendral Sudirman mengeluarkan perintah Siasat No.1. inti perintah tersebut adalah pelaksanaan perang gerilya berdasarkan sistem wehrkreise.
Berdasarkan perintah siasat itu, di Jawa berlangsung long march Siliwangi. Sebelas batalion Divisi Siliwangi kembali ke Jawa Barat (tanggal 19 Desember 1948). Mereka harus menghadapi dua musuh sekaligus, yaitu Belanda dan DI/TII setiba di Jawa Barat.
3. Perundingan Roem – Royen
            pada tanggal 17 April 19149 dimulai perundingan pendahuluan di Jakarta (di Hotel Des Indes) di bawah pimpinan Merle Cochran, wakil Amerika Serikat dalam UNCI. Dalam perundingan tersebut delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh Roem,  sedangkan delegasi belanda dipimpin oleh Dr. Van Royen. Pada tanggal 7 mei 1949 tercapai persetujuan yang kemudian dikenal dengan nama “Roem –Royen Statement” (Pernyataan Roem – Roeyen atau persetujuan Roem – Royen)
            Isi persetujuan Roem – Royen pada intinya adalah :
  1. Penghentian tembak – menembak
  2. Pengembalian pemerintahan RI ke Jogjakarta,
  3. Pembebasab para pemimpin RI yang di tahan Belanda, dan
  4. Segera diadakan Konfensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.
4.Konfrensi Inter-Indonesia
konfrensi inter-Indonesia merupakan persiapan menghadapi perundingan dengan Belanda dalamKonfrensi Meja Bundar (KMB). Konfrensi diadakan oleh bangsa Indonesia sendiri, yaitu antara RI dan BFO (Bijeenkomst Voor Fedral Overleg) atau musyawarah negara-negara boneka yang didirikan oleh Belanda, tetapi tidak menyetujui Agresi Militer II Belanda. Tujuan konfrensi ini untuk menyamakan pendapat (persepsi) yang  akan diperjuangkan dalam KMB sehingga perlu adanya pendekatan dan koordinasi dengan BFO.
Dalam konfrensi ini, delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh Hatta, sedangkan delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II. Konfrensi diadakan dalam dua tahap sebagai berikut.
  1. Tahap pertama, dilaksanakan di Jogjakarta pada tanggal 19 sampai 22 Juli 1949.
  2. Tahap kedua, dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 31 Juli sampai dengan 2 Agustus 1949.
Salah satu keputusan penting yang diambil dalam konfensi itu bahwa BFO mendukung tuntutan RI kepada Belanda atas penyerahan kedaulatan tanpa ikatan apa pun.
5   Konfrensi Meja Bundar (KMB)
Konfrensi Meja Bundar berlangsung pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 di kota Den Haag, Belanda. Dalam konferensi ini, delegasi Indonesia  dipimpin oleh Drs Moh. Hatta, delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II, delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen, sedangkan UNCI diwakili oleh Chritchley yang bertindak  sebagai pengawas/peninjau.
Setelah melalui perundingan yang memakan waktu lebih dari dua bulan, tercapailah persetujuan KMB. Isi persetujuan KMB sebagai berikut.
a.       Indonesia menjadi negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
b.      RIS dan Belanda merupakan UNI Indonesia – belanda yang dikepalai Ratu Belanda.
c.       Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan Desember 1949.
d.      Semua utang berkas Hindia Belanda dipikul  RIS.
e.       KNIL dibubarkan, kemudiandiintegrasikan ke dalam APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat)
f.       Penyelesaian status Irian Barat ditunda setahun setelah penyerahan kedaulatan.
Pada tanggal 27 Desember 1949 pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan kepada pemerintah RIS. Upacara penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan dilakukan di dua tempat, yaitu Belanda dan Idonesia.
a.       Di negara Belanda, penyerahan kedaulatan dilakukan oleh Ratu Yuliana kepada Drs. Moh Hatta (ketua delegasi RIS)
b.      Di Jakarta, penyerahan kedaulatan dilakukan oleh wakil tinggi Mahkota Belanda A. H. J. Lovink kepada wakil pemerintah RIS Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Hujan Meteor

melayang